Perkembangan Filsafat pada Zaman Islam dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Perkembangan Filsafat pada Zaman Islam dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam tidak hanya mendukung adanya
kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan kecintaan umat Islam terhadap
ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama
mereka. Periode antara 750 M dan 1100 M adalah abad masa keemasan dunia Islam.
Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab
Islam, khususnya mazhab Peripatetik.
Al Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan
dan mengembangkan cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam. Berbagai
karangan Aristoteles seperti Categories, Hermeneutics, First, dan Second
Analysis telah diterjemahkan Al Farabi ke dalam bahasa Arab. Al Farabi
telah membicarakan berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif.
Di samping itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu musik dan
menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras.
Oleh karena jasanya ini, maka Al Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar
Guru Pertama diberikan kepada Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al Farabi yang
dianggap cukup bernilai adalah usahanya mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Al
Farabi telah memberikan defenisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang
berkembang pada zamannya. Al Farabi mengklasifikasi ilmu ke dalam tujuh cabang
yaitu: logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu
fiqih (hukum). Ilmu percakapan dibagi lagi ke dalam tujuh bagian yaitu: bahasa,
gramatika, sintaksis, syair, menulis, dan membaca. Bahasa dalam ilmu percakapan
dibagi dalam: ilmu kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan yang benar,
aturan membaca dengan benar, dan aturan mengenai syair yang baik. Ilmu logika
dibagi dalam 8 bagian, dimulai dengan kategori dan diakhiri dengan syair
(puisi). Matematika dibagi dalam tujuh bagian.
Metafisika dibagi dalam dua bahasan,
bahasan pertama mengenai pengetahuan tentang makhluk dan bahasan kedua mengenai
filsafat ilmu. Politik dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan menjurus
pada etika dan politika. Perkataan politieia yang berasal dari bahasa
Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi madani, yang berarti
sipil dan berhubungan dengan tata cara mengurus suatu kota. Kata ini kemudian
sangat populer digunakan untuk menyepadankan istilah masyarakat sipil menjadi
masyarakat madani. Ilmu agama dibagi dalam ilmu fiqih dan imu ketuhanan/kalam
(teologi).
Buku Al Farabi mengenai pembagian ilmu
ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin untuk konsumsi bangsa Eropa
dengan judul De Divisione Philosophae. Karya lainnya yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul De Scientiis atau De
Ortu Scientearum. Buku ini mengulas berbagai jenis ilmu seperti ilmu kimia,
optik, dan geologi. Al Farabi (w.950) terkenal dengan doktrin wahda al wujud
membagi hierarki wujud yaitu (1) dipuncak hierarki wujud adalah Tuhan yang merupakan
sebab bagi keberadaan yang lain, (2) para malaikat di bawahnya yang merupakan
sebab bagi keberadaan yang lain, (3) benda21 benda langit (angkasa), (4)
benda-benda bumi. Al Farabi memiliki sikap yang jelas karena ia percaya pada
kesatuan filsafat dan bahwa tokohtokoh filsafat harus bersepakat di antara
mereka sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah kebenaran.
Filosof lain yang terkenal adalah Ibnu
Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna. Selain sebagai seorang
filosof, ia dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang
ditulisnya banyak ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon,
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo. Buku
ininkemudian menjadi buku teks (text book) dalam ilmu kedokteran yang diajarkan
pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti Universitas Louvain dan
Montpelier. Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah menekankan betapa
pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu obat. Ibnu
Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat tergantung pada
ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian. Pemberian obat hendaknya
disesuaikan dengan kekuatan penyakit. Kitab lainnya berjudul Al Shifa diterjemahkan
oleh Ibnu Daud (di Barat dikenal dengan nama Avendauth Ben Daud) di Toledo.
Oleh karena Al Shifa sangat tebal, maka bagian yang diterjemahkan oleh
Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika, dan De Anima.
Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian
yang bersifat teoretis dan bagian yang bersifat praktis. Bagian yang bersifat
teoretis meliputi: matematika, fisika, dan metafisika, sedang bagian yang
bersifat praktis meliputi: politik dan etika. Ibnu Sina, mengatakan alam pada
dasarnya adalah potensi (mumkin al wujud) dan tidak mungkin bisa
mengadakan dirinya sendiri tanpa adanya Tuhan. Ibnu Sina mengelompokkan ilmu
dalam tiga macam yakni (1) obyek-obyek yang secara niscaya tidak berkaitan
dengan materi dan gerak (metafisik), (2) obyek-obyek yang senantiasa berkaitan
dengan materi dan gerak (fisika), (3) obyek-obyek yang pada dirinya immaterial tetapi
kadang melakukan kontak dengan materi dan gerak (matematika). Ibn Khaldun dalam
kitabnya Al Muqaddimah membagi metafisika dalam lima bagian. Bagian
pertama berbicara tentang hakikat wujud (ontologi). Dari sini muncul dua aliran
besar yakni eksistensialis (tokoh yang terkemuka adalah Ibnu Sina dan
Mhulla Shadra) dan esensialis (tokoh yang terkemuka adalah Syaikh Al
Israq, Suhrawardi).
Berikutnya Ibn Khaldun membagi ilmu
matematika ke dalam empat subdivisi yakni (1) geometri; trigonometrik dan
kerucut, surveying tanah, dan optik. Sarjana muslim terutama Ibn Haitsam
telah banyak mempengaruhi sarjana barat termasuk Roger Bacon, Vitello dan
Kepler (2)Aritmetika; seni berhitung/hisab, aljabar, aritmatika bisnis dan faraid
(hukum waris), (3) musik, (4) astronomi.
Dalam bidang ilmu mineral, dikenal karya
Al Biruni yang berjudul Al Jawahir (batu-batu permata), selain itu pada
abad ke-11 Al Biruni dikenal sebagai The master of observation di bidang
geologi dan geografi karena Al Biruni berusaha mengukur keliling bumi melalui metode
eksperimen dengan menggabungkan metode observasi dan teori trigonometri.
Akhirnya ia sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.778,5 mil
dengan diameter 7.878 mil. Tentu saja ini merupakan penemuan luar biasa untuk
masa itu, dengan ukuran modern saja yaitu 24.585 mil (selisih ± 139 mil) dengan
diameter 7.902 mil. Dalam bidang ilmu farmakologi dan medis dikenal karya Ibnu Sina
yakni Al Qanun fi al Thibb dan Al Hawi oleh Abu Bakr Al Razi, bidang
nutrisi dikenal karya Ibn Bathar yakni Al Jami Li Mufradat Al Adawiyyah
wa Al Aghdziyah, di bidang zoologi dikenal karya Al Jahizh yang berjudul Al
Hayawan dan Hayat Al Hayawan oleh Al Damiri. Di Andalusia terkenal
seorang ahli bedah muslim, Ibn Zahrawi yang telah mencitakan ratusan alat bedah
yang sudah sangat maju untuk ukuran zamannya.
Filosof lainnya adalah Al Kindi, yang
dianggap sebagai filosof Arab pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu Al Nadhim
mendudukkan Al Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam (natural
philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai berbagai cabang ilmu
pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika dan
filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai penerjemah terbaik
kitab-kitab ilmu kedokteran dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Di samping
sebagai penerjemah, Al Kindi menulis juga berbagai makalah. Ibnu Al Nadhim
memperkirakan ada 200 judul makalah yang ditulis Al Kindi dan sebagian di
antaranya tidak dapat dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al Kindi
sangat masyhur di Eropa pada abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin ke
dalam bahasa Latin di Eropa berjudul De Aspectibus berisi uraian tentang
geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat Euclides, Heron, dan Ptolemeus.
Salah satu orang yang sangat kagum pada
berbagai tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon. Filosof lainnya adalah
Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol, meskipun seorang
dokter dan telah mengarang buku ilmu kedokteran berjudul Colliget, yang
dianggap setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal
sebagai seorang filosof. Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai
Aristoteles, yaitu: komentar besar, komentar menengah, dan komentar kecil.
Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam tiga bahasa: Arab, Latin, dan
Yahudi. Dalam komentar besar, Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam Stagirite
karya Aristoteles dengan bahasa Arab dan memberikan komentar pada bagian akhir.
Dalam komentar menengah ia masih menyebut-nyebut Aritoteles sebagai Magister
Digit, sedang pada komentar kecil filsafat yang diulas murni pandangan Ibnu
Rushd. Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan
jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh
oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemukapemuka agama, sehingga mereka
meminta kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd
sebagai atheis.
Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh
Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al Kindi dalam bukunya Falsafah El
Ula (First Philosophy). Al Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak
dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka
yang tipis dan kurang bernilai (Haeruddin, 2003).
C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern
Pada zaman modern paham-paham yang
muncul dalam garis besarnya adalah rasionalisme, idealisme, dan
empirisme. Pahamrasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting
dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Paham idealisme mengajarkan
bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato
yang memberikan jalan untuk mempelajari paham idealisme zaman modern.
Paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita
selain didahului oleh pengalaman.
Renaisans merupakan era sejarah yang
penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan
ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi
terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya
Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu
yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan
percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh
Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran
kembali sastra di Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer,
Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya
penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar
bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu
dan filsafat. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya
dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge
is Power (Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan
pernyataan ini, yaitu: mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern, kompas
memungkinkan manusia mengarungi lautan, percetakan yang mempercepat
penyebaran ilmu.
Lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan
Calculus dan Optika merupakan karya besar Newton. Teori Gravitasi Newton
dimulai ketika muncul persangkaan penyebab planet tidak mengikuti pergerakan
lintas lurus, apakah matahari yang menarik bumi atau antara bumi dan matahari ada
gaya saling tarik menarik. Teori Gravitasi memberikan keterangan, mengapa
planet tidak bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang
memaksa planet harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya, pengaruhnya ada, tetapi
tidak dapat dilihat dengan mata dan pengaruh itu adalah Gravitasi, yaitu
kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling berdekatan.
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah
melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad
ke-9 lahir semisal farmakologi, geofisika, geormopologi, palaentologi,
arkeologi, dan sosiologi. Abad ke-20 mengenal ilmu teori informasi, logika matematika,
mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceanografi,
antropologi budaya, psikologi, dan sebagainya.
D. China, India, dan Jepang
Peradaban India yang pada awal telah
mencapai teknologi tingkat tinggi. Kontak Eropa dengan peradaban India sebagian
besar melalui sumber berbahasa Arab. Jelas terlihat matematika India dengan system
bilangan dan perhitungannya yang telah mempengaruhi aljabar Arab dan melengkapi
angka utama Arab. Tetapi ciri khasnya adalah pemikiran dengan kesadaran yang
tinggi. Peradaban Cina, hingga zaman renaisans peradaban Cina jauh lebih maju
dibanding Barat. Menurut Francis Bacon, Tranformasi masyarakat Eropa banyak
berasal dari Cina seperti kompas magnetik, bubuk mesiu, dan mesin cetak. Namun
Eropa tidak pernah menyadari hutang budinya kepada Cina. Kegagalan Cina dalam
membuat perkembangan ilmu dan teknologi adalah filsafat yang ada lebih berlaku
praktis ketimbang prinsip-prinsip abstrak, filsafat yang ada didasarkan
analogi-analogi harmonis dan organis serta pedagang sebagai kelas yang tidak
dapat dipercaya, sehingga ciri renaisans yang terjadi di Eropa tidak terjadi di
Cina.
Peradaban Jepang selama beberapa abad
terimbas dari kultur Cina. Pada awal abad ke-17 memutuskan untuk menutup pintu
dari pengaruh-pengaruh yang dianggap membahayakan. Awal abad ke-19 memutuskan
berasimilasi ke bangsa luar dan melaksanakan dengan sungguh. Saat ini satu sisi
Jepang hidup dengan teknologi yang tinggi akan tetapi tetap mengikuti tradisi
sosial yang kuno seperti bangsa Cina.
Ilmu dan Moralitas
Dari awal perkembangan ilmu selalu
dikaitkan dengan masalah moral. Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bumi
berputar mengelilingi matahari, yang kemudian diperkuat oleh Galileo (1564- 1642)
yang menyatakan bumi bukan merupakan pusat tata surya yang akhirnya harus
berakhir di pengadilan inkuisisi. Kondisi ini selama 2 abad mempengaruhi proses
perkembangan berpikir di Eropa.
Moral reasioning adalah proses
dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan dinilai apakah
sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya: Logis, bukti nyata yang
digunakan untuk mendukung penilaian haruslah tepat, konsisten dengan lainnya. Menurut
Kohlberg (Valazquez, 1998) menyatakan perkembangan moral individu ada 3 tahap
yaitu:
1. Level Preconvenstional. Level ini berkembang pada masa
kanakkanak.
a. Punishment and obidience orientation: alasan
seseorang patuh adalah untuk menghindari hukuman.
b. Instrument and relativity orientation; perilaku atau
tindakan benar karena memperoleh imbalan atau pujian.
2. Level Conventional: Individu termotivasi untuk
berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok agar dapat diterima dalam suatu kelompok
tersebut.
a. Interpersonal concordance orientation: orang bertingkah
laku baik untuk memenuhi harapan dari kelompoknya yang menjadi loyalitas,
kepercayaan dan perhatiannya seperti keluarga dan teman.
b. Law and order orientation: benar atau salah ditentukan
loyalitas seseorang pada lingkungan yang lebih luas seperti kelompok masyarakat
atau negara.
3. Level Postconventional: pada level ini orang tidak lagi
menerima saja nilai-nilai dan norma-norma dari kelompoknya, melainkan melihat situasi
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang diyakininya.
a. Social contract orientation: orang mulai menyadari bahwa
orangorang memiliki pandangan dan opini pribadi yang sering bertentangan dan
menekankan cara-cara adil dalam mencapai konsensus dengan perjanjian, kontrak
dan proses yang wajar.
b. Universal ethical principles orientation. Orang memahami
bahwa suatu tindakan dibenarkan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang dipilih
karena secara logis, komprehensif, universal, dan konsisten.
Sarana Ilmiah
Dalam berpikir untuk mengembangkan
pengetahuan ilmiah, tentu tidak terlepas dari alat atau sarana ilmiah. Sarana
ilmiah dimaksud meliputi beberapa hal yaitu bahasa, matematika, statistika, dan
logika. Hal ini mempunyai peranan sangat mendasar bagi manusia dalam proses
berpikir dan mengkomunikasikan maupun mendokumentasikan jalan pikiran manusia. Bahasa
merupakan suatu sistem yang berstruktur dari simbolsimbol bunyi arbitrer
(bermakna) yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai
alat bergaul satu sama lain. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya meliputi:
simbol-simbol vokal arbitrer, suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol
yang arbitrer dan yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial
sebagai alat bergaul satu sama lain. Bahasa berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan
pikiran, perasaan dan emosi kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan
logika induktif maupun deduktif. Hal ini disebut bahasa ilmiah, tentu beda
dengan bahasa agama yaitu kalam ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci dan
ungkapan serta perilaku keagamaan dari suatu kelompok sosial.
Matematika sebagai bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Fungsi matematika hampir sama luasnya dengan fungsi bahasa yang
berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Matematika merupakan ilmu
deduktif yang memiliki kontribusi dalam perkembangan ilmu alam maupun ilmu-ilmu
sosial.
Statistik mengandung arti kumpulan data
yang berbentuk angkaangka (data kuantitatif). Penelitian untuk mencari ilmu (penelitian
ilmiah), baik berupa survei atau eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti
dengan menggunakan teknik-teknik statistik. Statistik mempunyai peranan penting
dalam berpikir induktif, jadi bahasa, matematika, statistik memiliki peranan
yang sangat mendasar dalam berpikir logika dan tidak dapat terlepas satu sama
lain dalam berbagai bidang aspek kehidupan ilmiah manusia.
Logika merupakan sarana berpikir
sistematis, valid, cepat, dan tepat serta dapat dipertanggungjawabkan dalam
berpikir logis dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu seperti: mencintai
kebenaran, mengetahui apa yang sedang dikerjakan dan apa yang sedang dikatakan,
membuat perbedaan dan pembagian, mencintai defenisi yang tepat, dan mengetahui mengapa
begitu kesimpulan kita serta menghindari kesalahan-kesalahan.
A. Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol
bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat
untuk berkomunikasi. Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari
simbolsimbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok
sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Perlu diteliti setiap unsur yang
terdapat di dalamnya. Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas
cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Wittgenstein yang menyatakan: “batas bahasaku adalah batas
duniaku”.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa
fungsi bahasa adalah: (1) Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat. (2)
Penetapan pemikiran dan pengungkapan.(3) Penyampaian pikiran dan perasaan. (4)
Penyenangan jiwa.(5) Pengurangan kegoncangan jiwa. Bahasa sebagai alat
komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif
maupun deduktif. Dengan kata lain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat
berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan
ilmiah.
B. Matematika
Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah
mempergunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri, econometri,
dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya
dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Untuk
dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana
berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Penalaran ilmiah menyadarkan
kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai
peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peran
penting dalam berpikir induktif.
Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambanglambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati.
1. Matematika sebagai Sarana Berpikir Deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama
ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah masalah yang dihadapi tidak
didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empiris,
melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaranpenjabaran).
2. Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial
Kontribusi matematika dalam perkembangan
ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan
dan pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya.
Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki obyek penelahaan yang kompleks dan
sulit dalam melakukan pengamatan, di samping obyek penelaahan yang tak berulang
maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.
Kita akan mempelajari sebuah kelompok sosial dengan informasi tertentu mengenai
perasaan suka dan tidak suka di antara pasangan manusia. Sebuah grafik adalah
suatu bahasa matematis yang mudah di mana kita dapat mengemukakan struktur
semacam itu.\
C. Statistik
Pada mulanya, kata “statistik” diartikan
sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data
kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai
arti penting dan kegunaan besar bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan
selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan
yang berwujud angka (data kuantitatif) saja. Dalam kamus ilmiah populer, kata
statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi.
Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis, dan klasifikasi
data, angka sebagai dasar untuk induksi. Abraham Demoitre (1667-1754)
mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error). Pada tahun
1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat sesuatu distribusi yang
berlanjut dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Pearson
melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi,
distribusi, chi-kuadrat, dan analisis statistika untuk data kualitatif Pearson
menulis buku The Grammar of Science sebuah karya klasik dalam filsafat
ilmu. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan
lebih cermat dan teliti dengan mempergunakan teknik-teknik statistik yang
diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari pengumpulan data statistik
dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yang secara kasar dapat dirumuskan
sebagai tujuan kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Perbedaan yang penting
dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat
alternatif yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak secara
prinsip, di mana konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternatif tersebut
dapat dievaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi. Di
pihak lain, kegiatan statistika dalam bidang keilmuan diterapkan pada
pengambilan suatu keputusan yang konsekuensinya sama sekali belum diketahui.
Pengambilan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang kita
hadapi. Dalam hal ini statistika memberikan jalan keluar untuk dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin besar contoh
yang diambil, maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.
Hubungan antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal
yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada
orang lain. Ditinjau dari pola
berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika
deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir
deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama
lain.
Peranan Statistika dalam Tahap-Tahap Metode Keilmuan
Statistika merupakan sekumpulan metode
dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut
metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan
pikirannya, tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya. Statistika diterapkan
secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen.
Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi,
kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka
percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam pemberian
kredit, dan
masih banyak lagi.
D. Logika
Logika berasal dari bahasa latin yakni
Logos yang berarti perkataan atau sabda. Dalam bahasa arab di sebut Mantiq.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan
aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
Logis dalam bahasa sehari-hari kita sebut masuk akal. Kata Logika dipergunakan
pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum Sofis, Socrates, dan Plato dianggap
sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa
Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa. (Russell, dalam Mundiri 2006).
Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya disebut Organon.
Buku itu terdiri dari Categoriae (mengenai pengertian-pengertian) De Interpretatiae
(keputusan-keputusan), Analitica Priora (Silogisme), Analitica Porteriora
(pembuktian), Topika (berdebat) dan De Sophisticis Elenchis
(kesalahan-kesalahan berpikir). Theoprostus kemudian mengembangkan Logika
Aristoteles dan kaum Stoa yang mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang
sistematis (Angel, dalam Mundiri 2006). Logika dapat di sistemisasi dalam
beberapa golongan:
1. Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika
berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika
ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan
pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.
2. Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika
yang mengikuti aristotelian dan Logika Modern
3. Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan induktif)
dan Logika Material.
Dalam permasalahan logika satuan
proposisi terkecil yakni “kata”. Kata menjadi penting karena merupakan unsur
dalam membentuk pemikiran. Pada praktiknya kata dapat dilihat berdasarkan
beberapa pengertian yakni positif (penegasan adanya sesuatu), negatif
(tidak adanya sesuatu), universal (mengikat keseluruhan), partikular
(mengikat keseluruhan tapi tak banyak), singular (mengikat
sedikit/terbatas), konkret (menunjuk sebuah benda), abstrak (menunjuk
sifat, keadaan, kegiatan yang terlepas dari objek tertentu), mutlak (dapat
difahami sendiri tanpa hubungan dengan benda lain), relatif (dapat
difahami sendiri jika ada hubungan dengan benda lain), bermakna/tak
bermakna. Selain itu kata juga dilihat berdasarkan predikatnya.Selanjutnya
adalah defenisi. Defenisi adalah karakteristik beberapa kelompok kata.
Karakteristik berarti melihat jenis dan sifat pembeda. Jadi
mendefenisikan berarti menganalisis jenis dan sifat pembeda yang
dikandungnya. Agar membuat defenisi terhindar dari kekeliruan ada
bebrapa hal yang perlu diperhatikan yakni: (a) defenisi tidak boleh luas
atau lebih sempit dari konotasi kata yang didefenisikan (b) tidak
menggunakan kata yang didefenisikan (c) tidak memakai penjelasan yang
justru membingungkan (d) tidak menggunakan bentuk negatif. Klasifikasi
adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda
menurut spesiesnya. Ada dua cara dalam membuat klasifikasi yakni
Pembagian (logical division) dan Pengolongan.